Apakah asma itu ?
ASMA merupakan penyakit peradangan yang berlangsung kronis di saluran napas. Peradangan ini membuat saluran napas memberikan respon yang berlebihan (hiperaktivitas) sehingga menyempit dan tertutup oleh produksi lendir yang banyak dan pekat yang mengakibatkan aliran udara terbatas.
Apakah gejala dari asma itu?
Gejala utama asma ialah sesak napas disertai bunyi mengi (wheezing) atau sering disebut bengek. Penderita asma biasanya mempunyai riwayat batuk yang memberat terutama malam hari ataupun subuh, mengi berulang, sering merasa sulit bernapas dan kerap kali merasa dada seperti diikat.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronchus mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir kedalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Asma menimbulkan gangguan kualitas hidup karena gejala yang ditimbulkannya baik berupa sesak napas, batuk, maupun mengi. Pasien jadi kurang tidur atau terganggu aktivitas sehari-harinya. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan. Meskipun jarang, asma bisa memicu kematian.
Kapan serangan asma terjadi?
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi pada setiap penderita, seperti pada penderita asma berat yang mengalami serangan hampir setiap hari. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam bahkan selama beberapa hari. Selama terjadinya serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat sehingga dapat menimbulkan rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita akan mengeluarkan banyak keringat, pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat.
Penderita asma sedang dengan serangan rata-rata tiga kali dalam seminggu, dan asma ringan dengan serangan sekitar dua kali dalam seminggu.
Bagaimana mengetahui berat ringannya serangan asma?
Berat ringannya asma dapat diukur dari seberapa sering timbulnya gejala asma baik siang hari maupun yang timbul malam hari serta beberapa berat fungsi paru terganggu.
Serangan asma bisa timbul sewaktu-waktu tetapi sebenarnya peradangan yang terjadi di saluran nafas bersifat kronis (berlangsung terus dalam waktu lama).
Dasar permasalahan pada penyakit asma terletak pada penyempitan saluran pernafasan berupa proses reaksi peradangan (akibat reaksi alergi) yang merupakan respon terhadap rangsangan dimana pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan.
Apa yang bisa memicu serangan asma?
Beberapa alergen dapat memicu serangan asma, diantaranya :
• Debu yang ada di dalam rumah berasal dari kasur kapuk, karpet, sofa, pakaian yang disimpan lama di dalam lemari, langit-langit atap rumah, buku/kertas arsip yang lama, dll.
• Bahan makanan terutama jenis ikan laut, udang, susu sapi, telur, coklat, kacang-kacangan, dll. (sementara kelompok bahan makanan yang mempunyai ciri yang mengiritasi, a.l. pedas, dingin, bergetah, rasa manis/asam, asing, dll. bukan penyebab tapi pemicu terjadinya serangan asma).
• Perubahan lingkungan hidup yang tidak diharapkan (perubahan cuaca, kelembaban, temperatur, polusi udara, asap rokok dan bau-bauan yang merangsang), bulu yang berasal dari bahan pertanian (tepung sari, jerami, rumput-rumputan, ampas tebu, dll.) bahan yang berasal dari bulu dan kotoran unggas serta binatang piaraan.
• Pengaruh obat-obatan seperti penisilin, sulfa, dan aspirin yang bisa menjadi faktor pencetus serangan asma.
• Pemicu lainnya dapat berupa kelelahan pikiran, infeksi saluran nafas terutama penyakit influenza tertentu, aktivitas fisik dan ketegangan jiwa (emosi yang kuat, misalnya perasaan terlalu gembira atau perasaan kesal akibat suasana kerja yang tidak menyenangka n atau perasaan sedih karena baru putus cinta.
Bagaimana penelitian tentang alergen terhadap kejadian asma ?
Alergen adalah zat di lingkungan yang pada orang sensitif dapat menimbulkan gejala alergi atau asma.
Pada asma, alergen yang dapat memicu adalah alergen hirup, seperti tungau debu rumah, kecoak, serta serpih kulit binatang seperti anjing dan kucing. Pada penelitian di Jakarta, 77% penderita asma anak bereaksi alergi terhadap tungau debu rumah, sementara kecoak 44%. Sedangkan serpih kulit kucing dan anjing ternyata hanya menunjukkan reaksi alergi 7% dan 4%.
Bila faktor tungau debu rumah dapat dihilangkan, maka prevalensi asma di Jakarta sebesar 7,5% dapat diturunkan jadi 71%. Upaya ini tidak mudah karena tungau debu rumah terdapat di mana-mana dan tahan terhadap panas. Meski demikian, upaya menghindari tungau debu rumah harus tetap dilakukan.
Kalau peran polusi udara sebagai pemicu asma masih kontroversi. Sebagian besar peneliti tidak mendukung polusi udara sebagai penyebab asma. Hal ini terbukti dari penelitian dari beberapa negara maju maupun negara berkembang.
Jerman Timur yang sebelum bersatu dengan Jerman Barat mempunyai industri dengan polusi udara tinggi, prevalensi asmanya lebih rendah (3,9%) dibandingkan dengan Jerman Barat (5,8%). Demikian pula negara barat seperti Australia, Selandia Baru yang polusi udaranya rendah mempunyai prevalensi asma tinggi (20-30%).
Sebaliknya, di Afrika prevalensi asma lebih tinggi di daerah urban dibandingkan dengan daerah rural.
Seperti halnya laporan di suatu daerah di Perancis yang kadar ozonnya tinggi di daerah perkotaan ternyata meningkatkan prevalensi asma. Ozon merupakan hasil dari reaksi fotokimia yang melibatkan radiasi ultraviolet (cahaya matahari) pada NO2 dan hidrokarbon yang dihasilkan emisi kendaraan.
Untuk di Indonesia sendiri, penelitian dr Heru Sundaru dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, yang dilakukan di Jakarta dan Subang secara serentak menunjukkan kadar polusi udara di Jakarta lebih tinggi 3-4 kali lipat dibandingkan Subang, termasuk kadar ozon, kecuali kadar SO2 3-4 kali lebih tinggi di Subang, yang diduga berasal dari polusi Gunung Tangkuban Perahu yang masih aktif.
Dampaknya adalah gejala batuk dan mengi lebih banyak di Subang, tetapi asma di Jakarta secara bermakna jauh lebih berat. Dibandingkan dengan Bandung (5,2%), Semarang (5,5%), dan Denpasar (4,3%), prevalensi asma di Jakarta paling tinggi (7,5%).
Apakah penyebab dari asma itu?
Penyebab asma sampai saat ini belum diketahui pasti sehingga pengobatan asma sampai sejauh ini baru pada tahap mengendalikan gejala. Maka para peneliti lebih fokus pada mencari faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya asma. Pada asma banyak sekali faktor risiko yang diduga ikut berperan, tetapi umumnya digolongkan menjadi faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.
Dalam praktik sering dihubungkan adanya faktor riwayat asma dalam keluarga dengan terjadinya asma. Banyak penderita asma merasa heran bahwa di keluarganya tidak ada yang menderita asma.
Dari suatu penelitian yang baru-baru ini dilakukan di Indonesia, hanya 30% penderita asma yang keluarganya menderita asma. Faktor ibu ternyata lebih kuat menurunkan asma dibandingkan dengan bapak. Sebagian besar tidak diketahui menderita asma karena faktor genetik itu tidak sampai menimbulkan gejala asma atau bermanifestasi jadi penyakit alergi lain.
Sejauh ini belum diketahui faktor gen mana yang menyebabkan asma. Banyak sekali gen yang ikut berperan dalam terjadinya asma (polygen). Pentingnya faktor genetik pada asma juga ditunjukkan pada penelitian asma di Indonesia itu, bahwa ternyata orangtua asma berkemungkinan 8-16 kali menurunkan asma dibandingkan dengan orangtua yang tidak asma, terlebih lagi bila si anak alergi terhadap tungau debu rumah.
Meskipun faktor genetik dianggap penting dalam terjadinya asma, tidak dapat diterangkan mengapa terjadi kenaikan prevalensi asma di banyak negara dalam waktu yang relatif singkat. Karena itu, peran faktor lingkungan dianggap lebih penting.
Penelitian Von Mutius dkk di Jerman Barat (sebelum bersatu dengan Jerman Timur) menunjukkan prevalensi asma di Jerman Barat 5,8% lebih tinggi daripada Jerman Timur yang 3,9%. Padahal, secara genetik keduanya sama.
Demikian pula di Asia. Leung dkk melaporkan penelitian asma pada etnis China. Ternyata prevalensi asma di Hongkong paling tinggi (11,6%) dibandingkan dengan Kota Kinibalu di Malaysia (8,2%) atau San Bu (1,9%) di daratan China.
Etnis China yang lahir di Australia mempunyai prevalensi asma lebih tinggi (24%) dibandingkan dengan mereka yang di Hongkong atau daratan China. Jadi, meskipun faktor genetik penting dalam terjadinya asma, faktor lingkungan lebih penting lagi.
Ribuan penelitian menyangkut faktor lingkungan masuk dalam hipotesis terjadinya asma. Mulai dari imunisasi yang semula diduga ikut berperan dalam terjadinya asma (dibantah dalam laporan terakhir) sampai pada hipotesis yang menyatakan infeksi semasa awal kehidupan justru mengurangi terjadinya asma, sehingga negara-negara miskin mempunyai prevalensi asma lebih rendah dibandingkan dengan negara maju yang jarang terpajan infeksi. Pendapat ini melahirkan hipotesis higiene.
Peneliti Inggris, Strachan, mengemukakan hipotesis ini pada British Medical Journal tahun 1989 yang menyatakan bahwa kurangnya pemajanan oleh infeksi pada awal kehidupan akan menyebabkan terjadinya penyakit alergi atau asma di negara-negara maju yang masyarakatnya sudah hidup bersih.
Hipotesis tersebut berkembang, yang secara sederhana dijelaskan demikian. Dalam tubuh manusia ada sel limfosit (darah putih) yang disebut Th1 (T helper 1) yang berkaitan dengan imunitas atau kekebalan dan sel Th2 yang berkaitan dengan penyakit alergi. Kedua sel dalam menjalankan fungsinya mengeluarkan sitokin-sitokin, yaitu sejenis glikoprotein atau zat perantara yang akan memicu fungsi sel lain. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara sel Th1 dan Th2, tetapi pada penyakit alergi sel Th2 lebih aktif dari Th1. Pada asma atau penyakit alergi, fungsi sel Th2 berlebihan akibat berbagai faktor.
Namun, kini hipotesis tersebut mulai disanggah. Pemakaian antibiotik pada bayi atau anak kecil yang dulu dianggap dapat menyebabkan alergi atau asma, misalnya, dibantah oleh penelitian terbaru oleh Celedon dkk yang dipublikasikan pada majalah Clinical Experimental Allergy tahun 2004.
Berbagai faktor yang diduga ikut ambil bagian dalam terjadinya asma antara lain diet, tinggal di daerah urban, jumlah saudara kandung, polusi udara, asap rokok, sampai faktor ekonomi. Peran alergen dan polusi udara barangkali yang paling perlu dikemukakan di sini, baik untuk kepentingan masyarakat maupun pemerintah.
Pada anak-anak, saat ini alergi merupakan salah satu faktor penting penyebab berkembangnya penyakit asma. Terbukti, 75%-90% anak dengan asma di dunia mengidap alergi.
Siapa saja yang berisiko asma?
Asma adalah penyakit yang dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul segala usia, meskipun demikian, umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun dan orang dewasa pada usia sekitar tigapuluh tahunan. Para ahli asma mempercayai bahwa asma merupakan penyakit keturunan dan sebagian besar orang yang menderita asma karena allergi terhadap sumber allergi tertentu.
Bagaimana mengobati asma?
Tujuan pengobatan asma meminimalkan gejala, menormalkan fungsi paru dan aktivitas sehari-hari, mencegah eksaserbasi dan obstruksi saluran napas yang irreversible serta mengoptimalkan pengobatan farmakologis dengan efek samping sedikit mungkin. Penatalaksanaan yang direkomendasikan sesuai dengan efek samping sesedikit mungkin. Penatalaksanaan yang direkomendasikan sesuai dengan pertemuan para ahli asma pada Global Strategy for Asthma Management and Prevention yang diselenggarakan oleh World Health Organization dan National Heart, Lung and Blood Institute (WHO/NHLBI) atau lebih populer dengan singkatan GINA yaitu; penyuluhan kepada penderita dan keluarganya, penilaian dan pemantauan beratnya asma, menghindari dan mengendalikan faktor pencetus, merencanakan pengobatan asma jangka panjang, rencana penanggulangan eksaserbasi asma, menyelenggarakan pemantauan secara berkala.
Bagaimana mensiasati serangan asma?
• Bersihkan rumah dan sekitarnya, kenali allergen (sesuatu yang dapat menyebabkan alergi) di seputar rumah dan pelajari cara untuk membasmi atau menangkalnya. Usahakan tempat kerja anda nyaman dan bersih. Jika tempat kerja 'kurang sehat' dan tidak mendukung kesehatan, diskusikan dengan atasan anda dan cari jalan keluar terbaik. Menghindari paparan terhadap allergen yang ada di sekitar anda bisa mengurangi kepekaan terhadap hal-hal yang dapat memperburuk kondisi anda.
• Perhatikan dan tingkatkan jenis makanan yang anda santap. Suplemen vitamin dan mineral tertentu bisa meningkatkan ketahanan tubuh terhadap pemicu serangan asma. Makanan rendah lemak, sarat karbohidrat, berbagai sayuran sehat bagi tubuh anda.
• Lakukan olahraga secara teratur. Olahraga yang tepat bagi penderita asma adalah olahraga sejenis jalan kaki atau berenang. Olahraga tersebut memiliki intensitas rendah dapat dapat dilakukan untuk jangka waktu yang lebih lama. Yang baik bagi penderita asma adalah olahraga yang tidak membutuhkan latihan terus-menerus, seperti sepakbola, tenis dan olahraga sejenis. Berenang adalah olahraga yang paling baik bagi penderita asma karena mereka menghirup udara di atas air yang tidak kering dan tidak merangsang saluran napas. Penderita asma yang ingin melakukan olahraga berintensitas tinggi harus melakukannya setahap demi setahap dengan meningkatkan intensitas setiap berolahraga. Olahraga yang melatih kekuatan tidak mungkin menyebabkan serangan asma jika penderita beristirahat di sela-sela tiap set. Namun yang penting saat berolahraga harus menghindari lingkungan yang berpolusi, suhu udara dingin, atau kering. Pelajari cara bernapas yang tepat. Cukup mengherankan, banyak penderita asma tidak menyadari bagaimana cara bernapas yang baik. Meski cara bernapas yang salah tidak memicu serangan tetapi dengan memperhatikan cara bernapas yang benar dapat membantu mencegah serangan serta mengurangi efek-efeknya.
.
Bagaimana angka kejadian asma di Indonesia ?
Dalam 30 tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia, seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan, juga mencolok.
Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, yang meningkat tahun 2003 menjadi 5,2%. Kenaikan ini tentu saja perlu upaya pencegahan agar prevalensi asma tetap rendah. Tidak tinggi seperti di Inggris atau di Australia yang mencapai 20-30%.
WHO memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia asma. Setiap tahun terjadi penambahan jumlah penderita asma sebanyak 180 ribu.
Apakah pengobatan asma sudah memadai?
WHO bersama National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) Amerika Serikat mengoordinasikan pertemuan dengan para pakar asma seluruh dunia untuk membuat strategi penanggulangan asma yang terangkum dalam buku panduan GINA. Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, panduan tersebut telah beberapa kali direvisi.
Meski panduan tersebut telah tersebar luas dan berbagai pertemuan ilmiah sering diselenggarakan, belum semua dokter memberikan pengobatan asma yang memadai.
Laporan dari satu penelitian di Amerika Serikat ternyata hanya 60% dokter spesialis paru dan alergi yang memahami panduan dengan baik, sedangkan dokter lain 20-40%. Tidak mengherankan bila pengobatan asma belum seperti yang diharapkan. Di lapangan masih banyak pemakaian obat antiasma yang tidak pada tempatnya, dan tingginya kunjungan pasien ke unit gawat darurat, perawatan inap, bahkan perawatan intensif.
Suatu laporan dari delapan negara Asia-Pasifik yang dilaporkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology tahun 2003 menunjukkan, asma mengganggu kualitas hidup, seperti gejala-gejala batuk, termasuk batuk malam dalam sebulan terakhir pada 44-51% dari 3.207 kasus yang diteliti, bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu.
Ada 43,6% penderita yang mengaku dalam setahun terakhir menggunakan fasilitas gawat darurat, perawatan inap, atau kunjungan darurat lain ke dokter. Dampak asma terhadap kualitas hidup juga ditunjukkan dari laporan tersebut, seperti keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga 52,7%, aktivitas fisik 44,1%, pemilihan karier 37,9%, aktivitas sosial 38%, cara hidup 37,1%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa.
Bagaimana mensiasati tempat tinggal yang baik untuk penderita asma?
Bagi penderita asma atau kerabat yang tinggal serumah dengan penderita asma sebaiknya mulai memerhatikan keadaan tempat tinggal Anda.
Seperti yang kita ketahui, keadaan penderita asma sama seperti orang-orang sehat lainnya bila tidak dipicu oleh sesuatu. Perlu diketahui bahwa rumah tinggal kita berpotensi sebagai pemicu kambuhnya asma.
Oleh karena itu, jagalah kebersihan ruang dalam rumah Anda. Namun, itu saja belum cukup. Harap perhatikan juga penataan ruang dan benda-benda yang telah nongkrong bertahun-tahun di dalamnya.
Usahakan agar hanya memiliki dan "menahan" benda-benda yang benar-benar kita butuhkan. Secara naluriah memang manusia suka menyimpan benda-benda yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. "Menyembunyikannya" di gudang tidak membuat banyak perbedaan. Selain itu juga perhatikan aliran dan keadaan udara di dalam rumah. Aliran udara yang buruk dengan sendirinya akan menciptakan keadaan udara yang kurang menguntungkan bagi penderita.
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dan diperhatikan.
1. Berapa pun ukuran rumah kita, buatlah bagian dalam rumah kita mempunyai kapasitas udara sebesar mungkin. Kapasitas udara adalah volume rumah kita dalam keadaan kosong dikurangi dengan benda benda/perabot-perabot yang mengisinya. Singkirkanlah benda-benda atau mebel-mebel yang tidak terlalu diperlukan. Juga benda-benda yang lebih kecil tapi jumlahnya banyak lagi mudah sekali menangkap debu, seperti permadani dan benda-benda kecil atau benda benda yang memiliki celah-celah kecil, ukiran-ukiran rumit yang agak sulit dibersihkan.
2. Setiap bermaksud/berencana membeli benda baru yang akan memakan tempat di rumah, kita harus mengibanginya dengan menyingkirkan benda lain di dalam rumah kita yang kira-kira seukuran. Atau Anda harus memperluas ruang rumah Anda sehingga dengan demikian kapasitas udara di dalam rumah tidak berkurang.
3. Kalau mungkin, di kamar tidur hanya ada tempat tidur saja. Letakkan lemari pakaian, tempat rias, dan kebutuhan pribadi lainnya di ruang terpisah.
4. Meskipun negeri kita berlebihan cahaya matahari dan kita cenderung menangkisnya, sebaiknya jendela rumah dibuat selebar mungkin sehingga udara bebas keluar masuk dan ruang dalam menjadi terang. Ruang dalam yang selalu temaram cenderung menciptakan udara lembab. Kelembapan merupakan sebagian pemicu asma.
5. Pintu jendela sebaiknya dan sebisanya selalu dalam keadaan terbuka di siang hari. Pasanglah daun pintu lapis kedua yang berupa teralis dan kawat nyamuk untuk menangkal serangga dan untuk keamanan.
6. Bersihkan secara berkala semua benda apa pun yang mudah menangkap debu, seperti gorden, kawat nyamuk, filter AC, dan buku-buku. Semakin berdebu lingkungan rumah tinggal Anda, semakin sering pembersihan ini harus dilakukan. Pembersihan harus ditingkatkan di saat musim pancaroba.
7. Beberapa penderita asma sangat rentan dengan udara dingin. Apabila terbiasa tidur dalam ruangan ber-AC, sebaiknya temperatur dijaga sekitar 26 derajat Celsius. Bila tidak menggunakan AC, sebaiknya pasanglah exhauster fan (kipas angin untuk membuang udara dalam keluar).
8. Memiliki termometer ruang dan pengukur kelembapan ruang (hygrometer) sangat menguntungkan karena kita bisa memantau dan memperbaiki keadaan udara dalam ruang kita dengan tepat.
9. Pemakaian obat-obatan anti serangga dan pengharum ruangan sebaiknya dihindari sama sekali karena penderita asma biasanya amat sensitif dengan baunya. Lagi pula racun serangga sebenarnya racun bagi kita juga.
10. Bila Anda berada pada tahap merencanakan membangun rumah, ada baiknya memerhatikan beberapa hal berikut ini.
(a) Ukuran rumah sebaiknya dibatasi juga oleh kemampuan Anda sekeluarga untuk menjaga kebersihannya secara maksimum sepanjang waktu, termasuk pada waktu-waktu absennya pembantu rumah tangga.
(b) Setiap ruang hendaknya berbentuk sesederhana mungkin, yakni segi empat sempurna dan setiap ruang hunian harus memiliki jendela selebar-lebarnya sehingga aliran udara berjalan dengan baik.
(c) Kamar mandi merupakan sumber kelembapan yang harus diperhatikan benar rancangan dan posisinya. Sebisanya menggunakan sistem shower dan jangan ada pintu kamar mandi yang langsung menghadap kamar tidur. Hendaknya ada ruang antara yang biasanya berupa dressing room atau ruang pakaian.
(d) Demikian juga dapur. Rancanglah dapur sedemikian rupa agar bau dan asap dapur tidak "nyasar" ke ruang-ruang hunian.
(e) Karena asap kendaraan di garasi bisa menjadi musuh pernapasan, usahakan knalpot mobil selalu menghadap ke luar dan pintu garasi dirancang sedemikan rupa agar tidak menahan asap mobil.
(f) Buatlah langit-langit sedikit lebih tinggi dari yang biasanya, umpama 3,5 meter atau 4 meter. Tentu akan menambah biaya bangunan, namun Anda akan mendapatkan udara dalam rumah yang lebih segar.
(g) Usahakan sesedikit mungkin penggunaan finish cat, pilihlah bahan-bahan alami yang justru lebih indah tanpa di cat (exposed). Namun kalau tetap harus menggunakan cat, sebaiknya pilih yang menggunakan yang lebih ramah lingkungan, seperti cat dan pelitur berbahan dasar air (water base) dan tidak berbau. Untungnya, benda-benda ini sekarang lebih mudah didapat. Cat acrylic yang sudah secara luas dipakai adalah water base.
Bagaimana asma dimonitor?
Anda dapat memonitor asma dirumah dengan menggunakan alat yang disebut “Peak Flow Meter”. Alat ini akan memperlihatkan ukuran kecepatan maksimal udara yang dapat dihembuskan oleh paru-paru anda. Dengan memonitor puncak hembusan nafas anda setiap hari, anda dapat memprediksi dan mengambil tindakan pencegahan agar tidak mengalami serangan asma.
.
Cara Menggunakan Peak Flow Meter
Peak Flow Meter (PFM) mengukur jumlah aliran udaradalam jalan napas. Peak Flow Rate (PFR) adalahkecepatan (laju) aliran udara ketika seseorang menariknapas penuh, dan mengeluarkannya secepat mungkin. Agaruji (tes) ini menjadi bermakna, orang yang melakukanuji ini harus mampu mengulangnya dalam kelajuan yang
sama, minimal sebanyak tiga kali.
Terdapat beberapa jenis alat PFM. Alat yang sama harussenantiasa digunakan, agar perubahan dalam aliranudara dapat diukur secara tepat. Pengukuran PFR membantu menentukan apakah jalan napas tebuka atautertutup.
PFR menurun (angka dalam skala turun ke bawah) jikaasma pada anak memburuk. PFR meningkat (angka dalamskala naik ke atas) jika penanganan asma tepat, danjalan napas menjadi terbuka. Pengukuran PFR dapatmembantu mengetahui apakah jalan napas menyempit,sehingga penanganan asma dapat dilakukan dini, jugamembantu mengenali pemicu (penyebab) asma pada anak,sehingga dapat dihindari.
Terdapat perbedaan nilai pengukuran (siklus) PFR dalamsatu harinya. Dengan mengukur nilai PFR dua kali dalamsehari menunjukkan gambaran PFR sepanjang hari. Anak yang berbeda usia dan ukuran badan memiliki nilai PFRyang berbeda.
Bagaimana Cara Mengukur Peak Flow Rate
1. Mintalah anak untuk mengambil napas sedalammungkin.
2. Perintahkan anak untuk menghembuskan napasnya kedalam PFM sedalam dansekuat mungkin.
3. Bacalah angka yang tertera dalam skala PFM, dan tuliskan pada secarik kertas.
4. Ukur PFR kembali (minta anak melakukan langkah pertama dan kedua) sampai total sebanyak tiga kali.
5. Tandai saat anak Anda nilai melakukan langkahnyayang terbaik (dari tiga kali pengukuran). Inilah nilaiyang diambil. Angka ini dapat berubah ketika gejala asma membaik, atau anak bertambah besar.
Kesimpulannya, lakukan pemeriksaan PFR menggunakan PFM dua kali sehari, pada pagi dan malam hari, juga pada saat serangan asma. Nilai mana PFR yang tertinggi.
Asma
Asma banyak menyerang anak-anak, bagaimana kita mensiasatinya ?
Anak yang mengalami asma sensitif terhadap banyak iritan, seperti infeksivirus, asap rokok, udara dingin, dan partikel ataubahan kimia di udara. Alergi terhadap debu, bulubinatang, dan pollen (serbuk sari)bisa menjadi pencetus asma.
Penyempitan dan peradangan (inflamasi) jalan napasmenyebabkan sesak napas dan batuk. Batuk seringkalimerupakan tanda pertama, dan kadang satu-satunya gejala awal asma. Gejala asma lainnya adalah mengi(wheezing), napas cepat, dan kesulitan bernapas,sehingga penderitanya menggunakan otot napas tambahan di leher, perut, dan dada. Seringkali asma dikenalidengan wheezing saja, sehingga tanda-tanda lainnya kurang diperhatikan, atau bahkan dianggap sekedarflu/common cold. Dokter juga bisa salahmendiagnosisnya sebagai infeksi semisal bronchitis (meskipun bronkitis tidak selamanya akibat infeksi).
Tanda mengi sulit dikenali pada anak khususnya dibawah usia 18-24 bulan. Sehingga perlu diperhatikantanda lain seperti batuk berdahak, napas cepat, danflu berulang. Seorang bayi dengan asma dapat menjadi
kurang responsif terhadap rangsangan, menangis lemah, dan mengalami kesulitan makan.
Anak yang lebih besar bisa mengeluhkan keadaannyaseperti dada sakit atau batuk terus.Tanda-tanda ketidaknyamanan seperti ini dapat menjadikan seorang anak rewel tanpa alasan. Batukmungkin timbul setelah aktivitas fisik sepertiberlari. Atau anak mengalami batuk malam hari atausaat tidur. Batuk, mengi, dan napas yang pendek dapatjuga menyertai tangisan, teriakan, atau tawa. Meskipuntidak tepat bahwa emosi seperti kemarahan dankecemasan mencetuskan asma, hal-hal seperti ini secara tidak langsung bisa memperberat gejala.
Pada anak usia sekolah, asma bisa saja tidakterdiagnosis akibat tersamarkan oleh aktivitas belajar dan kegiatan fisik lain. Anak mengeluhkan batuk dan sesak napas membuatnya sukar tidur di malam hari. Kelelahan yang diakibatkan menjadikan gangguan konsentrasi dalam belajar.
Pencegahan dan penanganan dini asma dapat membantu mengurangi jumlah hari anak absen sekolah, atau dariperawatan di rumah sakit.
Hal-hal penting yang harus dipahami orangtua adalah:
• bagaimana cara mencegah atau mengurangi gejalaasma, yakni dengan cara menghindari pencetus. Untukitu kenalilah pencetus asma pada anak Anda
• bagaimana mengenali gejala asma, khususnya asmayang mengalami perburukan (dibahas lebih lanjut dibawah dan dalam Guideline)
• penanganan apa yang harus dilakukan pertama kali,dan apa yang harus dilakukan jika asma memburuk(dibahas lebih lanjut dalam Guideline)
• apa yang harus dilakukan dalam keadaan gawatdarurat (dibahas lebih lanjut dalam Guideline)
Tanda-tanda seorang anak dengan kecurigaan asma harus dibawa ke dokter, antara lain:
• batuk terus-menerus dan berkepanjangan (dapatdilihat dalam kategori derajat asma persisten dalamGuideline)
• mengi atau wheezing ketika anak menghembuskan/membuang napas
• napas pendek atau napas cepat yang tampaknya tidakberhubungan dengan aktivitas
• gerak otot napas tambahan di dada
• infeksi saluran napas berulang seperti pneumoniaatau bronkitis
Seorang anak yang belum terdiagnosis asma, namun mengalami serangan asma, harus memperoleh penanganan yang tepat. Serangan asmaumumnya bermula dengan batuk dan berkembang menjadimengi dan napas cepat. Semakin memberat, otot-ototbantu napas di dada, perut, dan leher tampak bergerak.
Anak menjadi sulit atau tidak dapat berbicara, denyutjantung meningkat, berkeringat banyak, sampai nyeri dada.
Selama serangan asma, saluran napas semakin menyempitdan aliran udara berkurang. Penanganan pada anak berdasarkan beratnya gejala asma dan derajat obstruksi udara. Klasifikasi serangan asma antara lain:
Serangan Ringan
Bernapas : Ssedikit kesulitan dan hanya sedikit lebih cepat dibandingkan biasanya
Berbicara : Mampu menyelesaikan kalimat dengan mudah
Keluhan : Mengi ringan, batuk, napas pendek, perasaan sempit di dada
Warna Kulit : Normal seperti biasa
Otot pernapasan : Bergerak normal
Kesadaran terhadap sekeliling : Normal dan terjaga
Serangan Sedang
Bernapas : Lumayan kesulitan dan lebih cepat dibandingkan biasa
Berbicara : Hanya mampu mengucapkan frase atau sebagian kalimat
Keluhan : Mengi sedang, batuk, napas pendek, perasaan sempit di dada
Warna Kulit : Normal atau pucat
Otot pernapasan : Otot dada bergerak masuk sedikit
Kesadaran terhadap sekeliling : Normal dan terjaga
Serangan Berat
Bernapas : Sangat kesulitan dan dapat sangat cepat atau dipaksa
Berbicara : Hanya mampu membisikkan kata tunggal atau kalimat singkat
Keluhan : Mengi berat, batuk, napas pendek, perasaan sempit di dada
Warna kulit : Pucat atau biru
Otot pernapasan : Pergerakan otot dada ke dalam-ke luar, juga otot leher dan perut
Kesadaran terhadap sekeliling : Berkurang, dapat disertai mengantuk
Salah satu cara untuk mencegah dan mengurangi beratnya asma adalah mengetahui apakah anak mendapatkan cukup udara (oksigen). Jumlah udara yang dihirup masuk dan dihembuskan keluar dapat mudah diketahui dengan alat peak flow meter . Alat ini dapat membantu mengukur jumlah udara yang berasal dari paru-paru. Pengukuran ini biasanya digunakan pada anak berusia di atas 5 atau 6 tahun.
Terdapat dua jenis pengobatan asma: obat-obatan bronkodilator (melebarkan bronkus/batang paru-paru) dan anti inflamasi/anti peradangan.
1.Bronkodilator melebarkan jalan napas yangmenyempit. Membantu mengurangi perasaan sesak di dada, mengi, dan sukar bernapas.
2.Obat-obatan anti inflamasi membantu mencegahpembengkakan dan inflamasi (peradangan) di salurannapas, dan bisa meningkatkan pembuangan sekret/lendirdari jalan napas. Obat-obatan ini dapat diberikan dengan ditelan, melalui suntikan, atau dihirup dalam bentuk aerosol (obat semprot).
Bagaimana produk Hydroxygen Plus , bermanfaat untuk penderita asma?
Hydroxygen Plus adalah produk terapi oksigen yang sangat dibutuhkan oleh penderita asma. Karena penderita asma mengalami gangguan pernafasan dan asupan oksigen, maka pemberian Hydroxygen ini akan sangat bermanfaat bagi mereka, disamping itu Hydroxygen juga membantu membersihkan polutan yang masuk ke dalam tubuh, yang diduga juga sebagai faktor pemicu terjadinya asma. Banyak laporan yang menyatakan bahwa setelah pemakaian rutin Hydroxygen Plus maka mereka menjadi tidak tergantungan terhadap obat asma, bahkan lepas sama sekali. Hydroxygen Plus membuat nafas kembali lancar dan energipun meningkat.
No comments:
Post a Comment